Mimpi Kami di Negeri Laskar Pelangi


Belitung IndonesiaAssalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Masih inget sama Film Laskar Pelangi atau Sang Pemimpi yang di angkat dari novel karya Andrea Hirata..?? Film yang menceritakan bagaimana kisah perjalanan Ikal dalam mengarungi kerasnya kehidupan masa kecilnya, hingga akhirnya berhasil melanjutkan pendidikan ke luar negeri..?? Nah, hari Senin tanggal 12 Oktober 2015 yang lalu, Alhamdulillah saya bisa berkunjung ke sana bersama rekan-rekan kantor lainnya. Bagaimana keseruannya..?? Baca sampai tuntas ya..

Bermula dari sebuah kesuntukkan akan rutinitas dan keinginan untuk berlibur yang kuat, maka Lilo dan Risa mencari liburan dengan paket hemat dan pas dikantong. Browsing sana-browsing sini, akhirnya diputuskan untuk pergi ke Kepulauan Belitung.

Satu persatu pasukan pun ikut bergabung, mulai dari Jare si Baper, Cynthia si Hardworker, Rifki si adek-adekan gemes, dan Furky sang petualang. Hingga terkumpulah sebanyak 7 orang untuk mengikuti petualangan pada kali ini.

Jam 7 pagi lebih sedikit, kami akhirnya menginjakkan kaki di Kepulauan Belitung melalui sisi udara H. AS Hananjoeddin Airport, Tanjung Pandan. Waktu yang seharusnya orang-orang sedang berangkat menuju kantornya masing-masing, kami malah pergi ke sebuah tempat untuk berlibur. Yeeahhh…

Belitung IndonesiaKami pun segera memindahkan tas kami yang berisi perlengkapan untuk 4 (empat) hari ke depan ke dalam Toyota Avanza sewaan pada liburan kali ini. Sejenak kami di ajak berkeliling oleh sang pemilik mobil, untuk kemudian berpisah dengan beliau di pusat kota sembari menunjukkan lokasi untuk sarapan pertama kami, Mie Atep khas Belitung.

Puas sarapan dengan Mie Atep, kami pun segera memulai perjalan pada hari pertama kali ini. Daerah yang ingin kami datangi pertama kali adalah Belitung bagian Timur. Jalanan yang senggang dan teksutur aspal jalan yang rapih, membuat kami sangat menikmati setiap jengkal keindahan Kepuluan yang masuk dalam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini.

Bermodalkan GPS dan penunjuk arah, Jare sang driver, memacu Avanza berwana silver ini dengan pedenya. Terbiasa dengan keruwetan jalanan Ibu Kota, kami merasa bahagia karena dapat berkendara dengan lancar di jalanan pada jam-jam yang harusnya sibuk seperti ini. Hingga akhirnya kami pun tiba di Replika SD Laskar Pelangi.

Walau cuaca sedang tidak sedang bersahabat, hal tersebut tidak mengurangi kebahagiaan kami selama berada di SD Muhammadiyah Gantong tersebut. Sekolah yang sudah hampir roboh ini memberikan pelajaran kepada kita, bahwa kekurangan tak lantas menjadi penghalang untuk maju.

Belitung IndonesiaDestinasi berikutnya adalah Museum Kata yang lokasinya tak begitu jauh dari Replika SD Laskar Pelangi. Museum yang berdiri tahun 2010 ini, berisikan kumpulan karya milik Andrea Hirata. Mulai dari buku, kumpulan kata mutiara dan beberapa foto yang di ambil saat syuting Film Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi.

Rintik air hujan mulai turun secara perlahan, hingga akhirnya secara tiba-tiba mengguyur dengan derasnya. Kami yang sadar akan hal itu dan tak ingin terjebak di dalam kenangan masa lalu lebih lama, maka ketika hujan sejenak mereda kami segera kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan.

Waktu hampir memasuki pertengahan hari, walaupun matahari tak nampak di atas kepala tapi perut kami sudah menjerit untuk minta diisi. Kami pun memutuskan untuk makan siang di Rumah Makan Fega, namun sebelumnya kami mampir sejenak untuk minum kopi khas daerah Manggar.

Perut kenyang dan sholat dzuhur telah dilaksanakan, kami pun coba untuk kembali meng-expolre wilayah Timur kepulauan ini, mulai dari Bukit Samak, Pantai Nyiur Melambai, Pantai Burung Mandi, Pantai Serdang dan Vihara Dewi Kwan Im. Hingga tak terasa matahari sudah menggelincir ke arah Barat dan kami pun harus bergegas untuk kembali ke penginapan sebelum malam tiba.

Saya yang saat itu berada dibalik kemudi Avanza, dengan semangat 45 membelah jalanan yang menghubungkan antara wilayah Timur dan Barat kepulauan ini. Walaupun sudah reservasi hotel sebelumnya, namun sejak pertama kali menginjakkan kaki di Kepulauan ini, kami belum sempat ke sana.

Akhirnya dengan bantuan warga sekitar, kami dapat menemukan Hotel untuk kami menginap selama berada di Kepulauan ini, Hotel Mustika. Sesuai dengan tema liburan yang telah kami sepakati bersama di awal, hemat dan pas di kantong. Dengan fasilitas AC dan kamar mandi dalam, ditambah dengan hiburan TV membuat kami yang merasakan lelah seharian berkeliling wilayah Timur Kepulauan ini merasa sedikit terobati.

Waktu masih belum terlalu larut dan kami merasa masih memiliki energi, maka diputuskanlah untuk keluar. Dan tempat wisata yang paling dekat adalah Pantai Tanjung Pendam. Hembusan angin laut pada malam hari dan suasana pantai yang tenang, membuat kami merasa damai dan lupa dengan segala macam problematika hidup yang menimpa. Aaahh,,,

Selasa, 13 Oktober 2015 atau hari ke-dua petualangan kami. Target kami kali ini adalah bermain air. Yah, amat sangat disayangkan jika pergi ke tempat wisata yang mayoritas penduduknya adalah nelayan ini, apabila tidak melakukan wisata laut. Dan destinasi pertama kami adalah Pantai Tanjung Kalayang.

Dari Pantai Tanjung Kalayang ini, kami yang menumpangi kapal neyalan dibuat terpesona akan keindahan batu-batu besar yang bertebaran dipinggirang pantai. Disana terdapat Batu Garuda dan Batu Berlayar, keduanya merupakan lokasi yang dijadikan tempat untuk syuting Film yang memopulerkan Pulau Belitung ini, Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi.

Tibalah kami di Pulau Lengkuas. Disini terdapat mercusuar yang merupakan ikon dari Kepuluan Belitung. Mercusuar setinggi 60 meter ini merupakan salah satu peninggalan zaman Belanda yang digunakan untuk mengontrol pergerakan lalu-lintas laut di wilayah Barat Nusantara ini. Namun sayang, saat kami ke sana objek wisata tersebut sedang dalam proses renovasi, jadi kami tidak dapat masuk ke dalamnya. Lalu kami pun melanjutkan keseruan hari itu dengan ber-snorkeling ria. Yah, tujuan utama kami adalah ingin meng-eksplore Kepulauan ini dari darat maupun laut (udara cukup via pesawat aja 😀 ).

Ini bukan kali pertama saya snorkeling, karena sebelumnya saya sudah pernah melakukannya ketika mengunjungi Pulau Harapan. Dan hal itulah yang mendasari saya untuk membeli kamera aksi untuk merekam kegiatan semacam ini. Dan, masyaAllah, ketika saya menyelami kepala ini untuk melihat ke dalam lautnya, betapa indah dan terpesonanya saya akan keindahan dari karya Sang Pencipta.Belitung IndonesiaPerjalanan pun kami lanjutkan, masih dengan menggunakan kapal nelayan yang dinahkodai oleh Pak Samsir. Beliau banyak berkisah, mulai dari kisah-kisah dongeng yang beredar dikalangan masyarakat tentang bagaimana batu-batu besar bisa berada di pinggiran pantai hingga cerita tentang tenggelamnya kapal yang mengangkut ekspedisi berupa mobil-mobil baru. Tapi justru ditempat karamnya kapal tersebut kini dijadikan objek wisata bagi para pencinta diving.

Kapal pun merapat ke Pulau Kepayang. Disinilah kami dapat melihat penangkaran Penyu, dimana penyu dibudidayakan dan dikembangbiakkan agar terjaga kelestarian hidupnya. Kami pun diarahkan untuk kembali Ke Pantai Tanjung Kalayang, namun ditengah perjalanan Pak Samsir memperlihatkan Pulau Pasir. Keunikan dari pulau ini adalah, Pulau ini hanya bisa dilihat oleh mata ketika air laut sedang surut.

Selesai membilas badan, kami pun melanjutkan perjalanan melewati Bukit Berahu, hingga akhirnya sebelum pulang ke arah Hotel, kami mampir sejenak untuk melihat matahari terbenam di Pulau Tanjung Tinggi.

Seperti biasa, malam hari adalah saat yang sangat disayangkan jika hanya berdiam diri di kamar Hotel. Maka lagi-lagi kami pun keluar untuk mengunjungi Klenteng Sijuk, lalu kemudian bersantap di Rumah Makan Timpo Duluk dan berlanjut ke jajanan roti bakar dipinggir jalan sambil menikmati keindahan kota Belitung pada malam hari.

Rabu, 14 Oktober 2015 alias hari ke-tiga. Masih dengan semangat yang menggebu-gebu, kami menuju ke Pantai Batu Penyabong. Dan ini adalah tempat paling bikin saya takjub. Maha Sempurna Allah dengan segala macam ciptaanNya. Susunan batu-batu besar yang menghiasi bibir pantai, panorama alam yang membuat air mata ingin keluar dengan sendirinya, hembusan angin disertai deburan ombak, aahh tempat itu takkan pernah bisa hilang dari ingatan 😀

Karena hari ketiga merupakan hari dimana kami harus berkejaran dengan waktu, maka kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju destinasi berikutnya, Batu Baginda, lalu kemudian makan siang di Daun Simpor.

Perut kenyang, hati pun riang, kami pun kembali bergegas menuju Rumah Adat Belitung untuk dilanjutkan ke Danau Kaolin. Danau yang sejatinya merupakan bekas tambang timah ini merupakan magnet bagi para wisatawan, karena di sini kita bisa melihat perpaduan yang sempurna antara putihnya pasir dengan biru kehijauan air ditengahnya.

Sayang, ditengah keceriaan kami, Cynthia harus lebih dulu undur diri. Begitu cintanya dia akan pekerjaan dan saking giatnya dalam bekerja, membuat dia tak betah bila harus berlama-lama meninggalkan kantor. (padahal sejatinya dia salah beli tiket pulang, sehingga yang harusnya pulang hari kamis jadi pulang hari rabu – dasar ciripah 😀 )

Setelah menghantarkan Ciripah Cynthia untuk lebih dulu kembali menuju ke Jakarta via H. AS Hananjoeddin Airport, kami lantas melanjutkan perjalanan menuju objek wisata Batu Mentas. Disini kami sejatinya ingin melihat air terjun, tapi karena tersesat dan tak tahu arah jalan pulang, kami tidak sampai ke tujuan, hikshiks..

Seperti malam-malam sebelumnya, namun karena ini adalah malam terakhir kami berada di Kepulauan ini, maka kami pun pergi keluar untuk sekedar ngopi-ngopi pusat Kota Belitung sambil me-review liburan kami kali ini.

Kamis, 15 Oktober 2015, pagi-pagi buta kami sudah berada di Danau Kaolin. Jika pada hari selasa lalu kami sudah menyaksikan sunset via Pulau Tanjung Tinggi, kali ini kami ingin melihat sunrise dari tempat yang sebelumnya sudah pernah kami datangi, Danau Kaolin.

Menyaksikan matahari terbit dari persembunyiannya di ufuk Timur, saya jadi teringat akan falsafah hidup bahwa tak ada yang abadi di dunia ini. Semua akan datang silih berganti, malam digantikan oleh siang pun begitu sebaliknya. Problematika hidup pun seperti itu, susah – senang, sedih – bahagia, semua hanya akan singgah sementara pada kita, tak ada yang perlu dicemaskan apalagi disesali, cukup ambil hikmah dari setiap kejadian yang kita lalui.

Kelar mengemasi perabotan yang menemani kami liburan di Kepulauan Belitung ini, kami bergegas menuju H. AS Hananjoeddin Airport untuk kembali ke Jakarta. Tapi sebelumnya kami sempatkan diri untuk mengisi perut dengan Soto Belitung Mak Jannah sambil berburu oleh-oleh.

Terima kasih Belitung sudah membuat kami refresh dan melupakan sejenak problematika hidup ini. Juga kepada teman-teman seperjalanan: Lilo, Risa, Jare, Ciripah, Furky dan Rifki, semoga kita dapat kembali berpetualang kembali. Dan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Allah SWT yang telah menginjinkan kami untuk singgah di Pulau yang sangat indah ini.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Belitung IndonesiaBelitung IndonesiaBelitung IndonesiaBelitung IndonesiaBelitung IndonesiaBelitung IndonesiaBelitung IndonesiaBelitung IndonesiaBelitung IndonesiaBelitung IndonesiaBelitung Indonesia Belitung Indonesia Belitung Indonesia Belitung Indonesia

Tinggalkan komentar